Tembang Dhandhanggula : Watak, Contoh dan Artinya

Tembang – tembang atau syair lantunan jawa adalah salah satu warisan budaya Indonesia. Dan sebagai warga Indonesia khususnya suku jawa, perlu kita teruskan kepada generasi muda agar budaya kita tidak punah. Karena bangsa yang besar adalah mereka yang mencintai budaya serta mewariskannya kepada penerus bangsa.

Salah satu tembang yang akan kita pelajari pada kesempatan kali ini adalah tembang dhandhanggula, yaitu salah satu dari 11 tembang macapat yang berisikan tentang cita – cita, kebahagiaan dan harapan yang indah. Selain itu, tembang dhandhanggula juga memiliki watak, contoh dan arti yang menarik.

Nah, pada artikel kali ini mimin akan membahas dan mengulasnya secara mendalam tentang pengertian tembang dhandhanggula beserta watak, contoh tembang dhandhanggula beserta artinya lengkap. Baiklah langsung saja berikut penjelasan tembang dhandhanggula.

Baca Juga:

Pengertian Tembang Dhandhanggula

Sumber : commons.wikimedia.org

Tembang dhandhanggula adalah tembang macapat yang berisikan tentang cita – cita, harapan, angan – angan, dan kebahagiaan pada masyarakat jawa pada zaman dulu. Istilah tembang dhandhanggula yaitu berasal dari kata “gegadhangan” yang artinya harapan, cita – cita, atau angan – angan dan dari kata “gula” yang berarti manis atau bahagia.

Istilah lain dari tembang dhandhanggula juga berasal dari kata “dhandhang” yang artinya burung gagak yang dilambangkan sebagai lambang duka, serta dari kata “gula” yang berarti manis. Dapat disimpulkan pula bahwa tembang dhandhanggula merupakan suka duka perjalanan hidup dalam mencapai kebahagiaan.

Watak Tembang Dhandhanggula

Sumber : commons.wikimedia.org

Watak tembang dhandhanggula yaitu bersifat menyeluruh, luwes atau bersifat apa saja yang dapat merasuk kedalam hati. Oleh karena itu, tembang macapat dhandhanggula ini dapat digunakan dalam situasi apapun dan dalam berbagai macam kondisi.

Gambaran atau inti dari watak tembang dhandhanggula adalah selalu bersyukur dan menikmati apa yang telah Tuhan berikan kepada kita. Maka cita – cita atau angan – angan untuk mencapai kebahagiakan itu akan terwujud.

Aturan Tembang Dhandhanggula

Sumber : www.flickr.com

1. Memiliki Guru Gatra (baris atau larik) = 10 larik atau baris tiap bait.
Artinya : Tembang dhandhanggula ini memiliki 10 baris atau larik pada setiap bait.

2. Memiliki Guru Wilangan (jumlah suku kata) = 10, 10, 8, 7, 9, 7, 6, 8, 12, 7.
Artinya : Pada baris pertama tembang dhandhanggula berjumlah 10 suku kata, baris kedua 10 suku kata, baris ketiga 8 suku kata, dan seterusnya.

3. Memiliki Guru Lagu (huruf atau vokal) = i, a, e, u, i, a, u, a, i, a.
Artinya : Pada baris pertama tembang dhandhanggula berakhir dengan huruf atau vokal i, baris kedua berakhir dengan huruf a, dan seterusnya.

Contoh Tembang Dhandhanggula

Dhandhanggula 1

Sumber : en.wikipedia.org

Iku mulih jenenge Narpati
Wadya punggawa sujud sadaya
Tur padha rena prentahe
Kadhatone winuwus
Ing Kediri ingkang satunggil
Kang siji tanah Ngarab
Kartajamanipun
Duk samana pan pinetang
Apan semu lwih sangang atus anenggih
Negaranira rengka

***

Kembalinya nama raja yang baik
Prajurit dan punggawa bersujud semua
Semua juga senang atas perintahnya
Kerajaannya sudah ada
Di Kediri cuman ada satu
Yang satunya berada di tanah Arab
Aman jamannya
Pada waktu itu telah  dihitung
Tahun seribu sembilan ratus
Negaranya pecah

Dhandhanggula 2

Hang tekan kadhatone sami
Nuli rusak iya nungsa Jawa
Nora karuwan tatane
Pra nayaka sadarum
Miwah manca negara sami
Pada sowang-sowangan
Mangkana Winuwua
Mangka Allahu tangala
Anjenengkan Sang Ratu Asmara kingkin
Bagus maksih taruna

***

Hilang sampai kerajaan semua
Kemudian rusak sebab orang Jawa
Tidak tertata tatanannya
Para abdi dalem semua
Dan juga negara tetangga
Saling bersilaturahmi
Itulah katanya
Kemudian Allah SWT
Memberikan nama Sang Ratu Asmara Kingkin
Cakap dan masih muda

Dhandhanggula 3

Sumber : id.wikipedia.org

Langkung ana jamane narpati
Nora nana pan ingkang nanggulang
Wong desa iku wadale
Kang duwe pajek sewu
Pan sinuda dening narpati
Mung metu satus dinar
Mangkana winuwus
Jamanira pan pinetang
Apan sewu wolungatus anenggih
Ratune nuli sima

***

Lebih aman zamannya raja
Tidak ada yang menghalangi
Orang desa itu biasanya
Yang memiliki pajak seribu
Akhirnya dikurangi oleh Sang Prabu
Hanya keluar seratus dinar
Begitulah akhirnya
Zamannya tidak ada hitungan
Hanya seribu delapan ratus nilainya
Raja yang akhirnya hilang

Dhandhanggula 4

Yogyanira kang para prajurit
Lamun bisa samiyo anuladha
Duk ing nguni caritane
Andelira sang Prabu
Sasrabau ing Maespati
Aran Patih Suwanda
Lelabuhanipun
Kang ginelung tri prakara
Guna kaya purun ingkang den antepi
Nuhoni trah utama

***

Sepantasnya para prajurit
Sepantasnya bisa mencontoh
Seperti cerita zaman dahulu
Kepercayaan Sang Prabu
Sasrabau di Maespati
Bernama Patih Suwondo
Lelabuhannya
Yang dibingkai tiga perkara
Berguna seperti ingin dipegang teguh
Meniru keluarga utama

Dhandhanggula 5

Sumber : id.wikipedia.org

Nanging yen sira ngguguru kaki
Amiliha manungsa kang nyata
Ingkang becik martabate
Sarta kang wruh ing kukum
Kang ngibadah lan kang ngirangi
Sukur oleh wong tapa
Ingkang wus amungkul
Tan mikir pawewehing liyan
Iku pantes sira guronana kaki
Sartane kawruhana

***

Namun jika engkau sudah ingin berguru
Pilihlah guru yang sepatutnya
Yang baik dan tinggi martabatnya
Serta paham tentang hukum
Yang rajin beribadah
Syukur jika engkau dapat seorang pertapa
Yang tekun dan sungguh-sungguh
Yang tidak mengharapkan imbalan orang lain
Seperti itulah seorang yang pantas kau jadikan guru
Serta ketahuilah

Dhandhanggula 6

Wus ndilalah kersaning Hyang Widhi
Ratu Peranggi anulya prapta
Wadya tambuh Wilangane
Prawirane kalangkung
Para ratu kalah ngajurit
Tan ana kang nanggulang
Tanah Jawa gempur
Wus Jumeneng tanah Jawa
Ratu Prenggibet budi kras anglangkungi
Tetep neng tanah Jawa

***

Sudah menjadi kehendak Allah
Ratu Parenggi akan segera datang
Pasukannya bilangannya bertambah
Kekuatannya berlebih
Para raja kalah berperang
Tidak ada yang menghalangi
Tanah Jawa digempur
Sudah berdiri tanah Jawa
Raja Prenggi menjadi raja sangat keras melebihi
Tetap di Tanah Jawa

Dhandhanggula 7

Sumber : id.wikipedia.org

Enengena Sang Nateng Parenggi,
Prabu ing Rumingkang ginupita,
Lagya siniwi wadyane,
Kya Patih munggweng ngayun,
Angandika Sri Narpati,
“Heh Patih ingsun myarsa,
Tanah Jawa iku,
Ing mangke ratune sima,
Iya perang klawan Ratu Parenggi,
Tan ana kang nanggulang”.

***

Kekananlah Sang Ratu Parenggi,
Prabu Rum yang dihadapi,
Baru dihadapi pasukannya,
Ki Patih mempunyai kehendak,
Berkatalah Sang Raja,
”Hai Patih saya mendengar,
Tanah Jawa itu,
Nantinya rajanya sima,
Iya perang melawan Ratu Parenggi,
Tidak ada yang menghalangi.”

Dhandhanggula 8

Tan petungan panjrah ing wadya lit
arahane mawor mawurahan
ngapit narmada prenahe
jro petenging sarayu
angragancang Sang Bimasekti
nyuwak tutuking naga
kang sikareng laku
yeku mangka pralampita
mrih mengeta kang mantep teteping budi
widada kang sinedya

Dhandhanggula 9

Kinalangan kekuwung awengi
lir wewengkon bale mandhakiya, pasewakaning pamase
jroning kalang kadulu
kang sumewa marek neng ngarsi
mung punggawa sajuga
karya panjer surup
pra mukyaning taranggana
kang sawega rumeksa pringganing ratri
ngayomi ayuning rad

Makna Tembang Dhandhanggula

Sumber : pixabay.com

Tembang dhandhanggula memiliki makna tentang gambaran kehidupan manusia yang telah berhasil dalam menggapai cita – citanya untuk menuju kehidupan yang bahagia, dan dilaluinya selama proses suka dan duka. Makna tembang ini adalah suatu harapan yang baik yang pada akhirnya berujung pada kebahagiaan.

Perlu diketahui bahwa kunci hidup bahagia adalah dengan mensyukuri nikmat Tuhan yang telah diberikan. Jika sebagai manusia terlalu berambisi akan dunia maka hanya akan berakhir pada penderitaan dan kegelisahan.

Demikianlah pembahasan mengenai tembang dhandhanggula yang dapat mimin bagikan. Semoga dengan adanya artikel ini dapat menambah wawasan serta ilmu pengetahuan kalian. Akhir kata sekian dan terimakasih.

Tinggalkan komentar